megaswaranews.com, Healty & Life – Dispraksia adalah gangguan yang memengaruhi kemampuan koordinasi tubuh, yang juga dikenal sebagai gangguan koordinasi perkembangan. Meskipun dispraksia dapat mengganggu gerakan dan keseimbangan tubuh, kondisi ini tidak memengaruhi kecerdasan individu. dikutif dari laman Halodoc, Gangguan ini bisa memengaruhi keterampilan koordinasi, seperti berolahraga, melakukan aktivitas yang memerlukan keseimbangan, atau bahkan saat belajar mengemudikan mobil. Selain itu, dispraksia juga berdampak pada keterampilan motorik halus, seperti menulis atau menggunakan benda kecil.
Penyebab pasti dispraksia masih belum diketahui. Namun, para ahli berpendapat bahwa gangguan ini terjadi karena adanya masalah dalam hubungan antar-saraf di otak. Dispraksia seringkali memiliki faktor genetik, artinya anak yang mengalami dispraksia lebih berisiko jika ada riwayat serupa dalam keluarga mereka.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang anak mengalami dispraksia, seperti, Kelahiran prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), Bayi dengan berat badan rendah saat lahir, Riwayat keluarga yang memiliki dispraksia, Ibu yang mengonsumsi alkohol atau narkoba selama kehamilan.
Gejala dispraksia biasanya muncul sejak usia dini atau saat anak memasuki usia sekolah. Gangguan pada keterampilan motorik kasar dan halus membuat anak yang mengalami dispraksia sering kali tampak kikuk dan mudah menabrak benda atau orang di sekitar mereka. Gejalanya bisa terlihat sejak usia bayi (di bawah 1 tahun) atau saat anak memasuki usia balita yang siap bersekolah.
Beberapa tanda yang dapat menunjukkan anak mengalami dispraksia meliputi:
- Keterlambatan dalam merangkak atau berjalan.
- Kesulitan bermain dengan mainan yang memerlukan koordinasi, seperti menyusun gelas.
- Sulit makan dengan sendok dan garpu.
- Kesulitan mengenakan pakaian sendiri atau mengancingkan baju.
- Masalah dalam menggenggam pensil dan menulis.
- Lambat dalam mempelajari keterampilan baru atau mengingat informasi.
- Kesulitan dalam menjaga keseimbangan saat berjalan.
- Tampak gelisah atau sering menggoyangkan tangan.
Penting untuk diingat bahwa dengan dukungan dan intervensi yang tepat, Anak-anak yang mengalaminya dapat belajar untuk mengatasi hambatan ini sehingga dapat berkembang dengan baik.