megaswaranews.com, Sukabumi– Sejumlah ibu-ibu di Kabupaten Sukabumi mendatangi Mapolres Sukabumi. Mereka melaporkan sekelompok oknum wartawan lantaran konten yang dipublikasikan melalui media sosial yang anggap merugikan dan meresahkan
Aksi tersebut bermula dari unggahan vedio perkelahian antar pelajar di media sosial facebook yang terjadi di wilayah Kecamatan Warungkiara. Dalam unggahan tersebut, pemilik akun menuliskan keterangan provokatif bertuliskan arogansi anak pemilik yayasan menantang, akan dilaporkan dan diviralkan.
Video tersebut langsung menimbulkan kegaduhan dan ragam reaksi. Tak hanya pihak sekolah dan yayasan, sejumlah ibu-ibu yang merupakan wali murid juga merasa tertekan dan mendapat ancaman akan dilaporkan ke polisi.
“Kami keberatan, karena video anak-anak yang berkelahi itu disebarkan tanpa izin dan tanpa konfirmasi apapun. Padahal pihak sekolah sudah menyelesaikan persoalan itu secara musyawarah, anak-anaknya pun sudah saling memaafkan,” kata Arpi Salas (20), salah satu ibu yang turut datang ke Polres Sukabumi, Kamis (9/10/2025).
Arpi menyebut, para ibu-ibu datang bukan untuk memperpanjang masalah, tetapi untuk mencari keadilan dan melindungi anak-anak mereka dari pemberitaan yang tidak benar.
“Kami juga kaget, kenapa harus diviralkan padahal masalahnya sudah selesai. Mereka yang menyebarkan sendiri dan kemudian seolah-olah mengklarifikasi, padahal tidak ada izin dari pihak sekolah maupun orang tua,” imbuhnya.
Sementara itu, Muhammad Aditia Nasrudin, anak dari pemilik yayasan tempat siswa bersekolah, mengaku sempat didatangi empat orang pria yang mengaku wartawan. Mereka datang ke rumahnya pada malam hari sekitar pukul 19.30 WIB, meminta klarifikasi terkait video perkelahian tersebut.
“Ini jadi persoalan bagi saya karena mengganggu ketertiban dan mengganggu saya yang sedang istirahat. Mereka datang malam-malam, memaksa untuk berbicara dengan bapak dan ibu saya, lalu melakukan perekaman tanpa izin di dalam rumah,” jelas Aditia.
Aditia menuturkan, video duel pelajar itu awalnya hanya kejadian kecil yang sudah diselesaikan pihak sekolah bersama orang tua. Namun belakangan beberapa video pun terus diunggah di media sosial dengan narasi yang menyudutkan yayasan.
“Mereka enggak ada izin untuk merekam. Termasuk video di dalam rumah pribadi kami, itu direkam tanpa sepengetahuan kami. Padahal masalah sudah selesai dengan baik di sekolah, tapi mereka datang lagi dan memviralkan video itu,” ujarnya.
Ketika ditanya, Aditia mengaku telah memeriksa identitas para pria tersebut.
“Mereka memang menunjukkan ID card, tapi setelah dicek ternyata tidak tercatat di media yang disebutkan dan tidak terdaftar di Dewan Pers. Akunnya hanya aktif di Facebook dan YouTube,” punkasnya. (Irf/Isman)