Doa buka puasa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw sangat familiar di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia. Salah satu doa yang sering diucapkan adalah, “Allahumma laka sumtu…” yang menjadi doa buka puasa yang dianggap sebagai satu-satunya doa yang dianjurkan oleh Rasulullah. Namun, sejatinya ada doa buka puasa lain yang lebih sahih, yang juga dilafalkan oleh Rasul saat waktu berbuka.
Doa pertama, yaitu “Allahumma laka sumtu…”, memang sangat populer di kalangan umat Muslim, namun riwayatnya sebenarnya lemah atau daif. Sebagian besar ulama hadis menyatakan bahwa sanadnya tidak kuat. Di sisi lain, doa kedua yang juga pernah disampaikan oleh Rasulullah, memiliki riwayat yang lebih kuat, yakni hasan (tepercaya) atau bahkan sahih menurut sebagian ulama.
Dalam sebuah riwayat yang disebutkan oleh Abdullah bin Muhammad bin Yahya (Abu Muhammad), yang mendengar dari Marwan bin Salim Al-Muqaffa, disebutkan: “Aku melihat Ibnu Umar menggenggam jenggotnya dan memotongnya. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw ketika berbuka berdoa: Dzahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insya Allah.” (HR Abu Dawud)
Hadis yang kedua juga menunjukkan doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah, “Dzahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah,” yang artinya: “Rasa haus telah hilang, urat-urat telah basah, dan pahala telah tetap, insya Allah.” (HR Abu Dawud no. 2357, hasan).
Ulama besar Sayyid Sabiq, seorang ahli fiqh terkenal abad ke-20, menjelaskan bahwa ada dua doa yang dapat dipanjatkan saat berbuka puasa, yaitu:
-
Doa buka puasa yang sahih berdasarkan hadis yang diterima dengan sanad yang kuat: Dzahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah. Artinya: “Telah hilang rasa haus, urat-urat telah basah, dan pahala telah tetap, insya Allah.”
-
Doa buka puasa yang populer namun riwayatnya mursal (terputus sanadnya): Allahumma laka sumtu wa ‘ala rizqika aftartu. Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.”
Meskipun ada perbedaan antara mazhab-mazhab dalam hal doa buka puasa, mayoritas ulama sepakat bahwa doa Allahumma laka sumtu wa ‘ala rizqika aftartu adalah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw. Hal ini diterima oleh empat mazhab fikih, dengan beberapa mazhab menambah lafaz tertentu untuk memperbanyak pahala.
Namun demikian, ada pendapat yang menyarankan untuk menggabungkan kedua doa tersebut, sehingga bentuk doa yang ideal adalah:
Dzahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru in syaa Allah, Allahumma laka sumtu wa ‘ala rizqika aftartu.
Artinya: “Telah hilang rasa haus, urat-urat telah basah, dan pahala telah tetap, insya Allah. Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.”
Doa adalah bentuk ibadah yang sangat fleksibel dalam Islam. Umat Islam diperbolehkan untuk membaca doa lain yang baik dan sesuai dengan tuntunan agama, selama tidak dianggap sebagai doa yang berasal langsung dari Rasulullah tanpa dasar yang sahih.
Doa Buka Puasa Menurut Mazhab-Mazhab Fikih
Buka puasa adalah momen yang penuh berkah bagi umat Islam, di mana doa-doa yang dipanjatkan saat itu menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di setiap mazhab fikih, terdapat perbedaan dalam bacaan doa berbuka puasa. Meski demikian, setiap doa memiliki keutamaan dan dasar yang kuat dalam tradisi Islam. Berikut adalah doa-doa buka puasa yang diajarkan dalam berbagai mazhab.
Mazhab Hanafi
Dalam mazhab Hanafi, doa buka puasa yang dikenal luas adalah:
Allahumma laka sumtu wa bika amantu wa ‘alayka tawakkaltu wa ‘ala rizqika aftartu faghfir li ma qaddamtu wa ma akkhartu.
Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Maka ampunilah aku atas apa yang telah aku lakukan dan yang akan datang.”
Doa ini mengandung ungkapan rasa syukur dan pengakuan akan keesaan Allah dalam segala aspek kehidupan. Keutamaan doa ini terletak pada pengakuan ketergantungan seorang hamba kepada Allah dalam menjalani ibadah dan kehidupannya.
Dalam kitab-kitab mazhab Hanafi seperti Al-Fatwa al-Hindiyah, Tabyin al-Haqaiq, dan Majma’ Al-Anhar, doa ini diajarkan sebagai doa yang dibaca saat berbuka puasa. Dengan doa ini, seorang Muslim mengingat tiga hal penting: iman, tawakal, dan harapan akan ampunan Allah atas dosa-dosanya.
Mazhab Hambali
Bagi pengikut mazhab Hambali, doa buka puasa yang dianjurkan adalah:
Allahumma laka sumtu wa ‘ala rizqika aftartu, subhanaka wa bihamdika allahumma taqabbal minna innaka anta as-sami‘ul ‘alim.
Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Mahasuci Engkau dan dengan segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, terimalah (amal) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Doa ini memiliki dimensi tasbih, yakni memuji Allah dengan ucapan subhanaka yang menegaskan keagungan-Nya. Di dalamnya juga terkandung permohonan agar Allah menerima amal ibadah yang telah dilakukan, karena hanya dengan izin-Nya segala amal akan diterima. Doa ini juga menekankan kepada umat untuk tidak hanya fokus pada fisik saat berbuka puasa, namun juga menjaga hubungan dengan Allah melalui doa dan pujian.
Mazhab Syafi’i
Di kalangan ulama mazhab Syafi’i, doa buka puasa yang umum dibaca adalah:
Allahumma laka sumtu wa ‘ala rizqika aftartu.
Doa ini adalah doa yang sering kita dengar dan sangat umum diamalkan, karena ini adalah doa yang langsung diamalkan oleh Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan dicatatkan dalam Sunan Abu Daud. Doa ini sangat singkat namun mengandung makna yang dalam. Dengan bacaan ini, seorang Muslim mengungkapkan bahwa puasa yang dijalankan dan rezeki yang diperoleh adalah semuanya berasal dari Allah.
Meski demikian, beberapa ulama Syafi’i menambahkan bacaan lain untuk melengkapinya. Salah satunya adalah pendapat Ahmad Zainuddin Al-Malibari, yang berpendapat bahwa jika berbuka dengan air, maka dianjurkan untuk menambahkan bacaan berikut:
Dzahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabata al-ajru in syaa Allah.
Artinya: “Telah hilang rasa haus, urat-urat telah basah, dan pahala telah tetap, insya Allah.”
Selain itu, ulama Syafi’i lainnya seperti Sirajuddin Al-Balqani menambahkan doa lebih panjang, yakni:
Allahumma laka sumtu wa ‘ala rizqika aftartu wa taqabbal minna innaka anta as-sami‘ul ‘alim dzahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabata al-ajru in syaa Allah.
Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Terimalah (amal ibadah) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Telah hilang rasa haus, urat-urat telah basah, dan pahala telah tetap, insya Allah.”
Perpaduan antara doa pendek dan panjang ini memberikan variasi yang kaya dalam praktik doa buka puasa di kalangan pengikut mazhab Syafi’i. Dengan tambahan doa ini, seorang Muslim tidak hanya berdoa untuk berbuka dan mendapatkan pahala, tetapi juga memohon agar Allah menerima amal ibadah mereka.
Kesimpulan
Setiap mazhab memiliki keunikan dan kekhasan dalam hal doa buka puasa, meski pada dasarnya semuanya bermuara pada pengagungan dan permohonan kepada Allah. Mazhab Hanafi menekankan pada pengakuan iman, tawakal, dan ampunan. Mazhab Hambali menambahkan dimensi pujian dan permohonan penerimaan amal, sementara mazhab Syafi’i lebih menekankan pada kesederhanaan doa dengan tambahan doa yang memperkaya makna ibadah.
Pada akhirnya, doa buka puasa bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah kesempatan bagi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampunan, serta berterima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan. Umat Islam dianjurkan untuk terus memohon kepada Allah dengan penuh keyakinan dan harapan, karena Dia Maha Pengampun dan Maha Penerima amal.
Semoga naskah ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang perbedaan doa buka puasa menurut mazhab-mazhab yang ada dan menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjalani ibadah puasa dengan penuh keberkahan.