megaswaranews.com, Bogor – Direktur Wahana Lingkungan Hidup ( WALHI) Jabar, Wahyudin Iwang mengungkapkan, selama 5 tahun terakhir sebanyak 10 hektar lahan hijau yang selama ini menjadi daerah resapan air di kawasan wisata Puncak Bogor telah berubah pungsi menjadi perumahan,Villa,Resort dan Kondominium sehingga mempengaruhi kondisi perubahan bentang alam.
Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) sudah mewanti wanti Pemerintah tentang perubahan bentang alam di kawasan wisata puncak dan sekitarnya yang berpotensi menimbulkan bencana.
Pembangunan Villa, Perumahan, Kondominium dan Resort Di Kawasan Wisata Puncak Bogor dan sekitarnya berpotensi menimbulkan bencana di Wilayah Bodetabekjur (Bogor,Depok,Tanggerang,Bekasi,Cianjur) karena telah terjadi perubahan bentang alam di kawasan wisata puncak dan sekitarnya.
“Puncak itu kan punya pungsi konservasi dan lindung, artinya pengembangan perluasan wisata, perumahan,villa dan kondominium mestinya itu di hindari. Kenapa?? Bisa dikatakan pada gempa tahun 2023 di Cianjur lalu itu harusnya menjadi cermin bagi Pemerintah karena gempa Cianjur itu merupakan titik terparah gempa bumi. Artinya. Itu tidak hanya bencana alam tapi ada faktor pemicu yaitu perubahan bentang alam di kawasan konservasi dan di kawasan resapan air” Ungkap Iwang, Jumat (9/1/2025) Lalu
Selain pembangunan Resort,dan pengembangan wisata alam,faktor lain pemicu perubahan bentang alam lainnya adalah maraknya pembangunan perumahan, dan kondominium disejumlah titik di kawasan wisata puncak dan sekitarnya.
“Pembangunan perumahan,resort itu juga mempengaruhi bentang alam yang ada di lansdcape puncak itu sendiri sehingga struktur tanah itu terganggu dan ketika ada kegiatan perumahan dan kondomium dia juga membutuhkan kebutuhan air yang sangat besar dan tidak hanya perubahan bentang alamnya tapi juga pengambilan air bawah tanah cenderung meningkat, harus nya ini ada sikap dari Pemerintah untuk membatasi pebangunan perumahan dan villa yang merubah bemtang alam itu sendiri,” jelasnya.
Pemerintah diminta segera bersikap dan membatasi maraknya pembangunan villa serta perumahan yang berpotensi merubah bentang alam tersebut karena puncak ini merupakan paku bumi dan posisinya sangat penting bagi wilayah lainnya seperti Cianjur dan Sukabumi serta Jabodetabek
“Ketika terus mengalami perubahan bentang alam atau alih pungsi semakin marak oleh kegiatan perumahan,resort, atau villa maka dia akan mempengaruhi daya dukung dan kestabilan yang ada l. dan bisa memicu bencana banjir,longsor dan juga memicu terhadap patahan sasar yang ada dipuncak itu sendiri apalagi ketika gempa kondisinya bisa lebih parah,” beber Wahyudin
Wahana Lingkungan Hidup ( WALHI) juga meminta pemerintah melakukan pemeriksaan dan kajian ulang terhadap dokumen Bodetabekjur yang memproyeksikan pertumbuh ekonomi dikawasan tersebut sehingga tidak ada lagi penyimpangan penggunaan alih pungsi lahan.
“Dokumen Rencana Tata Ruang dan Kawasan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dikawasan tersenbut sebaiknya dikaji ulang, p/ertumbuhan ekonomi sangat dibolehkan tapi jangan kemudian mengesampingkan daya dukung dan daya tampung lingkunga,” kata Wahyudin
Dj.