megaswaranews.com, Bogor, 29 Oktober 2025 — Pemerintah Kota Bogor terus berupaya menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) melalui berbagai program terpadu di sektor kesehatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, sepanjang 2025 terjadi penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Hingga September 2025, tercatat enam kasus kematian ibu, turun dibandingkan 15 kasus pada tahun 2024. Sementara angka kematian bayi menurun dari 114 kasus pada 2024 menjadi 93 kasus hingga September 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, dr. [Nama Pejabat, jika ada], menjelaskan bahwa penurunan ini menjadi hasil dari peningkatan kesiapan fasilitas kesehatan, penguatan tenaga medis, serta kolaborasi lintas sektor.
“Semua kasus kematian ibu dua tahun terakhir terjadi di rumah sakit, artinya sistem rujukan sudah berjalan baik. Namun, kami tetap memperkuat deteksi dini dan penanganan cepat bagi ibu hamil berisiko tinggi,” ujarnya.
Penyebab Utama Kematian Ibu dan Bayi
Dari enam kasus kematian ibu tahun ini, empat di antaranya terjadi pada masa nifas dan dua pada masa kehamilan. Penyebab terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan (3 kasus), diikuti komplikasi non-obstetrik (2 kasus) dan perdarahan obstetrik (1 kasus).
Sementara kematian bayi paling banyak terjadi pada masa neonatal (0–28 hari). Penyebab tertinggi adalah gangguan pernapasan dan jantung (44 kasus) serta berat badan lahir rendah dan prematuritas (18 kasus).
Langkah-Langkah Pencegahan
Dinkes Kota Bogor menerapkan sejumlah strategi untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB.
- 
Peningkatan Kesiapan Fasilitas Kesehatan 
 Melalui Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) di 19 puskesmas dan 12 rumah sakit, Pemkot Bogor memperkuat pelayanan maternal dan neonatal, terutama dalam menangani kegawatdaruratan.
 Selain itu, dokter puskesmas mendapatkan pelatihan USG dasar guna mendeteksi risiko kehamilan lebih dini. Inovasi “Lungsur Langsar” juga dijalankan untuk memantau ibu hamil berisiko tinggi secara rutin.
- 
Penguatan Kapasitas Tenaga Medis 
 Dokter umum dan bidan mendapat pendampingan dari dokter spesialis kandungan dan anak, serta pelatihan kegawatdaruratan maternal-neonatal dan antenatal care (ANC) update. Dinkes juga melaksanakan pelatihan deteksi dini penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir.
- 
Koordinasi dan Kolaborasi Lintas Sektor 
 Audit maternal perinatal dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi setiap kasus kematian dan menentukan langkah perbaikan. Komunikasi cepat antara puskesmas dan rumah sakit difasilitasi melalui grup WhatsApp EMAS, sementara koordinasi lintas program dilakukan bersama organisasi profesi dan masyarakat.
- 
Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat 
 Dinkes Bogor mendorong peran aktif warga melalui kelas ibu hamil dan ibu balita, serta kunjungan rumah bagi ibu hamil berisiko tinggi. Program ini diharapkan meningkatkan kesadaran keluarga terhadap tanda bahaya kehamilan dan pentingnya pemeriksaan rutin.
“Partisipasi masyarakat sangat penting dalam pencegahan kematian ibu dan bayi. Melalui Posyandu dan kelas edukatif, keluarga bisa lebih waspada terhadap komplikasi dan ikut menjaga kesehatan ibu serta anak sejak dini,” tutur dr. [Nama Pejabat].
Konteks Nasional
Secara nasional, Angka Kematian Ibu tahun 2024 mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup, dengan 749 kasus di Jawa Barat atau sekitar 17 persen dari total nasional. Pemerintah pusat menargetkan penurunan angka tersebut melalui peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak di seluruh daerah.
Dengan tren penurunan yang terlihat hingga 2025, Pemerintah Kota Bogor optimistis angka kematian ibu dan bayi akan terus menurun melalui kerja sama antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat.
 
			













 
							







